Bismillahir-Rahmanir-Rahim...
Pada suatu hari, seorang pemilik perusahaan
ternama dan sekaligus sebagai presiden direkturnya yang sudah berusia lanjut
tiba-tiba muncul di kantornya sekitar jam 07.00pagi.
Para pimpinan dan karyawan perusahaan
tersebut terkejut karena tidak biasanya sang Bos datang ke kantor sepagi itu.
Biasanya ia hadir paling cepat setelah waktu zuhur atau makan siang. Itupun
tidak setiap hari. Paling hanya tiga atau empat hari sepekan.
Semua yang meilihat kedatangan sang pemilik
perusahaan tersebut bertanya-tanya dalam diri : Ada apa gerangan? Pasti ada
sesuatu yang amat penting yang terjadi.
Namun tak seorangpun yang dapat menerka apa
sesugguhnya yang terjadi atau apa yang ada dalam benak kakek sang milyuner itu.
Di pagi yang cerah itu, ternayata beliau
membawa sebuah gagasan besar yang tergolong berani. Gagasan tersebut bahwa ia
telah memutuskan untuk mundur memimpin perusahaan yang ia bangun sendiri dan
pimpin sejak 30 tahun lalu. Yang menarik lagi ialah, ia tidak mau menyerahkan
kepemimpinan perusahaannya kepada anak-anaknya, karena takut tidak dikelola
secara professional.
Keputusan itu ia ambil setelah melihat
perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh generasi kedua, rata-rata hancur,
kecuali sedikit yang sukses. Hal tersebut disebabkan karena anak atau generasi
kedua tidak merasakan betapa sulitnya membangun sebuah usaha sehingga tidak
memahami seluk beluknya secara detail. Ditambah lagi, biasanya, anak-anak orang
kaya merasa tinggi hati karena sejak lahir sudah hidup sebagai anak orang kaya
dan dihormati banyak orang.
Keputusan tersebut dianggap banyak orang
sebagai keputusan kuno, namun sang kakek kaya itu tetap dengan pendiriannya,
kendati sudah dinasehati sebelumnya oleh bebrapa sahabatnya. Ia berpendapat,
biarlah hasil perusahaan ini akan menjadi warisan bagi keturunannya kelak.
Untuk itu, perusahaan harus selalu dalam kondisi yang kuat dan stabil.
Anak-anaknya ia motivasi dan bantu membangun bisnis sejak dari awal sehingga
memahami betapa sulitnya merintis sebuah bisnis itu.
Dengan demikian, mereka akan merasakan dan
menghormati jerih payah orang tuanya dan para karyawan yang setia
mendampinginya sejak perusahaan tersebut dirintis 30 tahun silam.
Walhasil, setelah duduk sekitar setengah jam
di ruangannya yang asri dan dipenuhi lukisan ayat-ayat Al-Qur’an itu, ia
memanggil sekretarisnya agar memberitahukan kepada para manager, general
manager (GM) dan segenap pimpinan lainnya untuk masuk ke ruang rapat jam 08.00
tepat, karena ada hal yang amat penting yang akan ia sampaikan. Mendengar pesan
tersebut, sang sekretaris tentu merasa dag dig dug juga sambil berfikir keras
apa gerangan yang akan disampaikan sang Bosnya.
Saat jarum Jam menunjukkan jam 08.00, dengan
tenang sang kakek kaya itu keluar dari ruangnya dan menuju ke ruang pertemuan
yang terletak tidak jauh dari ruangannya. Saat masuk ruang rapat, ia mengetuk
pintunya dengan halus sambil mengucapkan salam : Assalamu alalikum! Semua yang
hadir serentak menjawab : Waalaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh…
Setelah duduk, sang kakek menympaikan ucapan
permohonan maafnya atas undangan rapat yang mendadak itu, kemudian ia
menjelaskan tujuan undangan rapat tersebut sebagai berikut :
Saudara-saudara yang dirahmati Allah dan yang
saya cintai. Tiba saatnya saya mengundurkan diri dari jabatan sebagai Direktur
Utama di perusahaan ini. Saya akan memilih di antara kalian yang akan
menggantikan posisi yang cukup berat ini. Saya yakin, berdasarkan pengamatan
saya selama ini, kalian semua pantas dan mampu menerima amanah yang akan saya
berikan. Pasti di antara kalian ada yang terbaik. Maka siapa di antara kalian
yang terbaik, maka dialah yang akan saya kukuhkan sebagai pengganti saya.
Semua yang hadir terlihat kaget dan
kebingungan mendengarkan pernyataan dan keterangan Bos mereka. Sungguh tidak
pernah mereka duga betapa hebatnya sang pemimpin mereka dan jarang mereka
mendengar kasus seperti itu. Merekapun harap-harap cemas.
Berharap terpilih dan pada waktu yang sama
juga merasa gamang kalau sekiranya benar-benar terpilih menjadi pimpinan
tertinggi perusahaan yag cukup besar tersebut, karena belum pernah terbayang
sebelumnya.
Kemudian sang pemilik perusahaan tersebut
melanjutkan pembicaraannya : Sekarang kita berada pada akhir tahun hijiriyah,
bulan Zulhijjah. Saya akan melakukan tes terhadap semua yang hadir di raungan
ini, tanpa melihat posisi dan jabatan.
Karena saya yakin kalian semua adalah
calon-calon pemimpin yang layak untuk memimpin perusahaan ini. Tes yang akan
saya berikan sangat sederhana. Nanti di awal tahun depan, yakni tepatnya
tanggal 1 Muharam, kita berkumpul lagi di tempat ini pada jam yang sama. Saat
itu saya akan menilai siapa yang terbaik di antara kalian yang akan saya
kukuhkan menjadi pimpinan perusahaan ini.
Adapun tes yang akan kalian jalankan ialah,
bahwa setiap yang hadir di sini akan saya berikan satu benih tanaman yang sudah
saya siapkan. Benih tersebut kalian bawa pulang, kemudian ditanam di rumah
masing-masing dan dirawat bersama istri dan keluarga. Tanaman siapa yang paling
baik, paling subur dan yang paling tinggi, maka dialah yang berhak menjadi
pemimpin perusahaan ini. Nanti pada tanggal satu Muharram, pada jam yanga sama
dengan sekarang masing-msing kalian membawa hasil tanamannya.
Di antara yang hadir, ada seorang manager
muda bernama Karim. Seperti rakan-rekannya yang lain, Karim-pun membawa pulang
benih yang diberikan sang pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Sesampai di
rumah, ia menceritakan meeting mendadak dengan Bosnya tadi kepada istrinya.
Istrinya sangat terharu sambil berharap semoga suaminyalah yang terpilih kelak
menjadi pimpinan perusahaan itu.
Istrinya segera menyiapkan temapat penyemaian
benih tersebut, lalu mengambil tanah yang terbaik dari belakang rumahnya.
Bahkan dia segera ke tempat penjualan perlengkapan pertanian di daerahnya
tinggal dan membeli pupuk secukupnya. Sepasang suami istri ini setiap hari
mengamati perkembangan yang terjadi pada tanamannya. Namun sayang, benih yang
ditanam tak kunjung tumbuh.
Hari berganti hari, pekan berganti pekan.
Tidak terasa mereka sudah berada pada pekan ketiga. Setiap bertemu dengan
teman-teman yang hadir dalam meeting mendadak tersebut, Karim merasa minder
karena tidak ada info membanggakannya. Teman-temannya yang lain pada semangat
bercerita bahwa tanaman mereka sudah tumbuh dengan baik dan bahkan ada yang
dengan bangganya mengatakan bahwa tanamannya sudah setinggi lututnya. Karim
tetap saja diam dan bahkan terlihat sedih.
Akhirnya, sampailah waktu yang dijanjikan.
Tanggal satu Muharrampun tiba. Setelah pulang salat subuh dari masjid dekat
rumahnya, ia berkata pada istrinya bahwa ia tidak akan masuk kantor karena malu
dan tidak ada yang bisa ia perlihatkan pada Bosnya. Kenapa?
Benih yang diberikan sang Bos tak kunjung
tumbuh, apalagi sampai setinggi lutut, seperti cerita salah seorang temannya.
Mendengar pernyataan itu, istrinya mencoba
meyakinkan suaminya bahwa ia harus pergi ke kantor hari ini kendati tidak
membawa tanaman yang sdah tumbuh dengan subur. Lalu istrinya berkata : Biarlah
teman-teman bapak membawa tanamannya yang subur itu.
Bapak harus jujur kalau ditanya Bos nanti
katakan saja yang sebenarnya bahwa kita sudah bekerja maksimal, kendati
hasilnya tidak seperti apa yang diharapkan. Bapak harus bangga membawa
kejujuran kemana-mana, ucap istrinya.
Mendengar nasehat sang istri, Karim
memberanikan diri berangkat ke kantornya hari itu, kendati hatinya was-was dan
khawatir tidak akan bisa bicara apa-apa saat pertemuan dengan sang Bosnya
nanti.
Sesampai di kantor, Karim segera menuju ruang
pertemuan yang telah disepakati. Karim semakin tak berkutik saat melihat
tanaman teman-temanya sangat subur dan bahkan ada yang setinggi lutut, kendati
umurnya baru satu bulan.
Dengan tenang Karim meletakkan wadah tempat
penyemaian benih dengan tanah yang ada di dalamnya, kendati tidak tampak
sedikitpun tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Tentu saja semua mata yang hadir
tertuju kepada wadah yang dibawa Karim sambil keheranan.
Bahkan ada yang berkomentar sinis : Mana
tanamannya? Dimakan kambing kali? Namun Karim tetap tenang dan tidak melayani
komentar mereka sedikitpun, kendati ia merasakan badannya sedang panas dingin.
Tak lama kemudian, pada jam 08.00 tanggal
satu Muharram, sang Direktur Utama masuk ruangan sambil mengucapkan salam:
Asalamu alalaikum! Semua serentak menjawab:
Walaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh…
Kemudian ia melanjutkan pembicaraannya:
Saudara-saudara sekalian, saya sangat bahagia melihat tanaman yang kalian bawa.
Dari benih yang saya berikan sebulan yang lalu. Kalian berhasil menanam dan
merawatnya dengan baik sampai menjadi seperti ini.
Sungguh sangat membanggakan. Pada hari ini
saya akan menetukan siapa di antara kalian yang paling terbaik yang akan saya
jadikan sebagai Direktur Utama yang akan menggantikan jabatan saya.
Mendengar pujian sang pemimpin tersebut semua
mereka menampakkan di wajah mereka tanda kegembiraan dan senyuman. Di antara
mereka ada yang bertakbir : Allahu Akbar…. Alllahu Akbar… Allahu Akbar..
Kecuali Karim, duduk di belakang sambil negalamun dan bersedih hati.
Dalam suasana gembira tersebut tiba-tiba sang
Pemilik perusahaan itu melihat salah seorang managernya yang bernama Karim
duduk di belakang sambil terlihat di wajahnya perasaan sedih dan malu. Ia
berbisik dengan sekretarisnya sambil meminta Karim menghadapnya sekarang juga.
Setelah sekretaris tersebut menyampaikan pesan Presiden Direkturnya, Karim
terperanjat dan pucat sambil berkata dalam dirinya : Tamat sudah karirku di
perusahaan ini.
Setelah Karim menghampiri sambil mengucapkan
salam, sang Direktur Utama mempersilahkan Karim duduk di samping kursinya dan
meminta untuk memperlihatkan kepada teman-temannya wadah yang hanya berisi
tanah dan tak ada tanaman sama sekali.
Teman-teman Karimpun memberikan sikap yang
beragam. Mereka semua berdiri sambil mata mereka tertuju pada wadah yang
diperlihatkan Karim. Ada yang mencibirkannya. Ada pula yang berkata : Mana
tanamannya? Dimakan kambing kali ye? Kata mereka, sambil menunjukkan jari ke
arah wadah yang dibawa karim.
Suasana menjadi sedikit gaduh. Sang pemilik
perusahan diam tampa berucap sepatah katapun. Perasaan Karim semakin tak
menentu. Sedih, malu dan bercampur marah. Namun demikian, Karim tetap bisa
menahan emosinya dan samabil berkata dalam hatinya : Inilah saya…
Setelah beberapa saat, sang pemilik
perusahaan angkat bicara ; Saudara-saudara sekalian. Dimohon semuanya duduk
ditempat masing-masing. Saudara Karim, silahkan sekarang Anda beridiri. Saya
akan menyampaikan sesuatu yang sangat penting seperti janji saya sebulan yang
lalu.
Setelah menimbang dan mengamati hasil tes
yang saya berikan kepada kalian, maka dengan ini saya putusakan yang akan
menjadi pimpinan kalian mulai hari ini adalah teman kalian yang berdiri di
samping saya ini, saudara Kaaariiiim…
Semua yang hadir merasa terpukul dan
bertanya-tanya, kenapa Karim yang dipilih? Padahal dia tidak membawa tanaman,
kecuali hanya wadah dan tanah yang ada di dalamnya. Bukankan dia typical
manager yang gagal? Banyak lagi komentar sinis lainnya yang bermunculan..
Kemudian sang pimpinan melanjutkan
pembicaraannya: Tahukah kalian, bahwa semua benih yang saya berikan kepada
kalian sebulan yang lalu adalah bibit yang rusak, dan tidak mungkin bisa
tumbuh, apalgi menjadi besar seperti yang kalian perlihatkan hari ini.
Kesimpulan saya, Karim adalah tipical
pemimpin yang jujur. Sebab itu, pada hari ini, saya tetapkan ia menjadi
Direktur Utama yang akan menggantikan posisi saya dan yang akan bertanggung
jawab penuh menjalankan perusahaan ini ke depan.
Sebelum menutup meeting kita hari ini, saya
mengucapkan terima kasih pada kalian semua dan saya ingin memberikan sedikit
nasihat untuk menjadi bekal hidup kalian semasa menjalankan kehidupan dunia ini
:
- Jika anda menanam
amanah, maka anda akan menuai kepercayaan.
- Jika anda menanam
kebaikan, maka anda akan menuai persahabatan.
- Jika anda menanam
tawadhu’ (kerendahan hati), maka anda akan menuai penghormatan.
- Jika anda menanam
rasa hormat, maka anda akan menuai kemuliaan.
- Jika anda menanam
kesungguhan, maka anda akan menuai kesuksesan.
- Jika anda menanam
keimanan, maka anda akan menuai ketenangan.
- Jika anda menanam
kebohongan, maka anda akan menuai bencana
Sebab itu, berhati-hatilah! Apa yang anda
tanam hari ini, pasti di suatu saat nanti anda akan menuainya sendiri. Wassalamu
alaikum warahmatullahi wabarokatuh…
Referensi : www.eramuslim.com
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda tentang tulisan ini...